Mengapa Fatima? Fatima masih menyimpan "rahasia" yang mereka sebut "rahasia Fatima". Tempat itu sejak tahun 1930 menjadi satu dari beberapa tempat ziarah terkenal pemeluk agama Katolik. Dalam perkiraan, pengunjung Fatima sebesar 3 juta, peziarah dalam negeri ini belum termasuk, meskipun menurut Dubes Indonesia untuk Portugal, Harry Pryohoetoemo Haryono "orang Portugal sekarang tidak sereligius dulu." Sebanyak 97 persen penduduk Portugal beragama Katolik.
ALKISAH dan itu bagi penganut iman Katolik sebagai kebenaran, Bunda Maria (dalam iman Katolik dipercaya sebagai ibunda Yesus Kristus dan Bunda Kaum Beriman), di sana pernah menampakkan diri selama enam kali pada tiga anak gembala: Lucia Santos, Jacinta Marto, dan Fransisco. Penampakan pertama 13 Mei 1917, berturut-turut sampai bulan Oktober 1917, dan selalu pada tanggal 13. Mereka masing-masing berumur 10 tahun, 9 tahun, dan 7 tahun.
Fransisco dan Jacinta sudah meninggal, sementara Lucia saat ini adalah biarawati (suster), tinggal di Biara Coimbra sekitar 20 km utara Fatima. Tanggal 13 Mei tahun lalu, Paus Yohanes Paulus II mengukuhkan Jacinta dan Fransisco sebagai beato (yang bahagia) dan beata, satu tahap prosesi sebelum sebagai sancto (yang kudus) atau sancta.
Sama seperti kesaksian penampakan semacam itu, apakah di Lourdes (Perancis) atau Menjugre (Polandia) selalu diawali dengan keraguan pimpinan institusi agama. Masuk akal sebab adalah tugas institusi agama untuk meragukan setiap kesaksian. Ketiga anak gembala ini diinterogasi. Tetapi, setelah memperoleh penyelidikan intensif, pada tahun 1930 para Uskup Portugal mengumumkan penampakan itu otentik. Selain penampakan Maria, yang kemudian membuat kota ini menjadi tempat perziarahan adalah tiga "rahasia/ramalan Fatima" yang disampaikan Maria kepada mereka. Ketiga "ramalan" itu adalah perang dunia, kehancuran komunisme, dan terbunuhnya seorang paus. Tahun 1967, Lucia menyerahkan tiga "rahasia Fatima" itu kepada Paus Paulus VI saat mengunjungi Fatima tahun 1967. Dua ramalan ditafsirkan sudah terjadi, sedang ramalan ketiga dikait-kaitkan dengan usaha pembunuhan Paus Yohanes Paulus II oleh seorang pemuda Turki tahun 1983.
Latar belakang itulah yang membuat Fatima terkenal. Secara otentik pula ada rekaman gambar tentang 70.000 orang yang menyaksikan "Matahari menari" pada 13 Oktober 1917, "keanehan" sebelum Maria menampakkan diri yang terakhir pada ketiga anak gembala itu.
FATIMA pada 28 November 2001 terasa sepi. Pada siang hari itu, selain satu rombongan besar peziarah sedang berdoa di kapel, hanya ada beberapa orang. Lapangan luas, terkesan lebih luas dibanding lapangan di peziarahan Lourdes, kosong. Beberapa gadis dan nenek-nenek terengah-engah di bawah terik matahari. Mereka hampir menyelesaikan "jalan berlutut" sepanjang 500 meter. Di lutut kiri satu di antaranya meleleh darah segar, tetapi sang nenek tetap tegar dengan rosario di tangan, dan tak mau diganggu siapa pun.
"Pada tanggal-tanggal 13 selama bulan Mei-Oktober, orang-orang seperti itu banyak sekali," kata Agus Sriyono. Ia lantas bercerita pengalaman "berjalan beringsut-ingsut sambil berlutut itu". Lutut panas beradu dengan lantai semen, tetapi setelah berjam-jam ia tahan, dengan lutut sobek-sobek berdarah, selesai juga. "Rasanya plong. Saya ingin menderita, bernadar berterima kasih atas kelulusan anak saya," kata Agus sambil menggambarkan lututnya yang berdarah-darah tergores lantai.
Tempat untuk berjalan sambil berlutut itu memang khusus. Dengan lebar satu meter mulai dari pintu gerbang sampai kapel penampakan lantai semen itu panjangnya 500 meter. Di depan kapel, di kapel itu dipercaya tempat penampakan Maria 84 tahun yang lalu, berdiri megah Basilika Perawan Rosario dengan ketinggian menara 65 meter. Basilika yang dibangun sejak tahun 1928 dan diberkati tanggal 14 Mei 1953, adalah sosok bangunan gaya Barok dengan tiang-tiang besar-kokoh dan langit-langit tinggi penuh lukisan yang diambil dari kisah-kisah dalam Kitab Suci orang-orang Kristen.
Kapel kecil di mana konon sebagai tempat enam kali penampakan Maria dibangun sederhana, berasitektur modern dan terbuka. Kapel ini dibangun tahun 1919, pernah dirusak orang tahun 1922 dan dibangun kembali dengan bentuk sama seperti semula. Di samping kapel ada tempat pembakaran lilin, bagian dari prosesi para peziarah. Di bagian lain ada tempat jalan salib yang berpuncak pada Kalpari yang terletak di samping kiri depan basilika. Kompleks pejiarahan Fatima dibatasi tembok setinggi 2,5 meter yang dibangun oleh seorang Jerman yang membawa kenangan Tembok Berlin yang dia tinggalkan. Sedikit di luar kompleks ada makam Jacinta dan Fransisco, tempat yang menjadi bagian dari proses ziarah.
Aljrustel, desa tempat kelahiran ketiga penggembala berikut rumah dan lingkungannya, terpelihara rapih. Dalam satu kompleks pula ada rumah sakit, selain melayani mereka yang sakit, tetapi terutama mengobati lutut-lutut para peziarah yang berdarah-darah tergores lantai semen. Di bagian lain di luar kompleks tembok, beberapa jalan penuh toko suvenir dan rumah makan. Keadaannya sama seperti di tempat-tempat ziarah lain terkenal di Eropa seperti di Lourdes.
Mengapa Lourdes lebih dikenal daripada Fatima? Tak ada penjelasan pasti, juga tidak perlu dijelaskan, sebab berziarah dan berdoa lebih berurusan dengan selera. Tetapi, ada dugaan, Lourdes lebih dikenal karena lebih lama, juga Pemerintah Perancis lebih agresif menjualnya. Sebagai negara termiskin di Eropa-konon bersama-sama dengan Irlandia dan Yunani-Portugal tidak sempat membangun. Setelah bertahun-tahun di bawah pemerintahan otoriter yang jatuh lewat "Revolusi Mawar Merah", rakyat Portugal hidup dalam "tali kekang diktator". Baru setelah masuk Uni Eropa tahun 1984, Portugal agresif membangun berkat dana Uni Eropa. Berkeliling di Lisbon, terkesan kota itu sedang giat dibangun. Pertumbuhan rata-rata Produk Domestik Brutonya 4,6 persen pada tahun 1986-1990.
Portugal belum sempat menjual kelebihannya. Yang terus dilakukan adalah menghidupkan kembali perasaan sebagai bangsa yang pernah memelopori eksodus keluar sejak lima abad lalu, penjelajah dan penemu benua mendahului negara lain. Mereka mengenang dengan bangga kebesaran nama-nama penemu daerah baru seperti Bartolomeo Diaz yang menemukan Pantai Timur Afrika (1488), Vasco da Gama ke India (1479). Bahkan, mereka pun mencatat kebesaran nenek moyang mereka dengan perluasan ekspedisi Portugal ke Goa (1510), Malaka (1511), Malu-ku, Indonesia (1512 dan 1514), Hormuz (1515), dan Macao (1557). Kepeloporan Portugal itu nyaris hilang, termasuk dengan Timor Timur yang bergolak sebagai dampak "Revolusi Mawar Merah", jatuh ke Indonesia (1978), dan lepas tahun 1999.
Dengan luas tanah yang relatif sempit itu, selain Lisboa dan Oporto sebagai kota terbesar kedua, lokasi-lokasi pariwisata lain gampang dijangkau. Meskipun Portugal jauh lebih miskin dibanding Perancis, takkan dijumpai pengemis. Kalau ada pengemis, paling-paling orang mabuk, dan yang penting pula dicatat di jalanan Lisboa, Fatima yang teletak di kawasan Iberia, maupun Lisbon takkan dijumpai anak-anak. Maklum tercatat pada sensus tahun lalu, pertumbuhan penduduk negara itu nol persen. Berbeda dengan di Itali, katakan Roma yang sarat obyek turisme itu, di sini tak ada pencopet-pencopet kecil yang luar biasa gesit. (St Sularto)
Sumber: Kompas Minggu, 23 Desember 2001
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0112/23/latar/fati12.htm